Identitas yang Memudar

Juli 24, 2018


Udah sekitar seminggu sejak aku resmi menyelesaikan MPLS SMA 2018 dan melaksanakan KBM intensif (gak intensif banget sih). Kalau ngomongin soal pengalaman yang didapat pasti banyak banget ya, walaupun kebanyakan materi juga sih. Tapi ada satu pengalaman yang paling berkesan dan kayaknya masih aku pikirin sampai sekarang.

Waktu MPLS hari kedua, ada debat kelas. Jadi ada dua tim (pro dan kontra) dengan jumlah anggota 3 orang, debat tentang tema yang udah dipilih. Kebetulan saat itu aku, dengan beraninya dan agak masa bodo, mengajukan diri untuk jadi salah satu pembicara. Gara-gara kalah suit, aku kebagian tim kontra dan temanya saat itu adalah tentang penggunaan bahasa asing di kehidupan sehari-hari.

Calm down, aku gak akan ngejelasin detail tentang bagaimana debat itu berlangsung kok. Aku mau ngomongin soal tema yang digunakan saat debat dan posisi aku sebagai tim kontra yang sebenarnya tim netral.

Waktu aku kecil, ibu sama ayah selalu bilang bahwa bahasa inggris itu penting. Itu bahasa internasional dan aku harus bisa, minimal basic-nya deh. Makanya waktu kelas 3 SD aku ikut kurus bahasa inggris sampai kelas 6 SD.

Menurut aku perjalanan mempelajari dan menyukai bahasa inggris itu semacam karma. I was once thought that english was hard, aku sampai bolos les berkali-kali dengan alasan ketiduran atau pusing. Apalagi gurunya adalah foreigner (native english speaker) dan di tempat les itu emang harus pakai bahasa inggris terus, temen-temennya juga udah pinter-pinter. Rasanya aku doang yang susah buat ngerti pelajarannya.

Tapi yah, I got the karma. Ketika aku udah bener-bener ngerti basic-nya, bahasa inggris menjadi pelajaran yang asyik bagiku. Sekarang malah salah satu mapel favoritku. Kalian yang sering baca tulisanku juga pasti tau aku kalau nulis campur-campur kayak gado-gado, itu karena bahasa inggris udah kayak the true second language buat aku. Sampe kadang ngomong dalam hati, ngomong sendiri, nulis pendapat, dan lain-lain itu suka dalam bahasa inggris.

Waktu aku bilang aku mau masuk jurusan bahasa, mau belajar sastra dan jadi penulis, ibu sama ayah mendukung. Tapi ibu selalu bilang untuk jadi luar biasa dalam jurusan yang aku pilih, kalau itu memang passion dan keingin. Aku janji sama ibu untuk berusaha keras dan nilai-nilai bahasaku memang bagus. Tapi kemudian aku sadar kalau nilai bahasa inggrisku jauh lebih tinggi dari nilai bahasa indonesia.

I know it's not only me, banyak temen-temenku yang nilai bahasa inggrisnya 90 atau bahkan 100, tapi nilai bahasa indonesianya 70. I was ashamed. Aku pingin jadi penulis, aku nulis dengan bahasa indonesia, bahasa itu bahasa pertamaku. Kok aku gak ngerti apa-apa tentang itu?

Debat yang diadakan di hari kedua MPLS membuat aku kembali mengingat topik ini. Sekarang banyak banget anak-anak Indonesia yang dijadikan native english speaker sama orangtuanya. Banyak anak-anak yang kalau ngomong pake bahasa inggris atau bahasa asing lainnya. Banyak anak-anak yang menganggap pelajaran bahasa indonesia itu gampang dan gak penting.

Don't get me wrong, learning language other than your native is good. Aku juga mau menguasai banyak bahasa kok. Tapi kita kadang lupa asal kita dari mana, kita lupa bahwa kita punya bahasa persatuan. Indonesia itu luas, ada banyak banget bahasa daerah yang bahkan kita sendiri suka gak ngerti, kalau gak ada bahasa indonesia gimana caranya bisa menyatukan masyarakat dari sabang sampai merauke?


Tanpa kita sadari, kebanggaan kita pada bahasa indonesia sudah memudar. Kita mulai menganggap bahasa indonesia (terutama yang sesuai EYD) adalah kampungan. Padahal bahasa indonesia adalah identitas kita, komponen budaya terpenting.

Banyak yang bilang kalau kita memprioritaskan bahasa asing untuk membawa bahasa indonesia ke kancah internasional. Secara teori, ide itu benar dan bagus. Tapi dalam prakteknya, kita akan lebih nyaman menggunakan bahasa asing. Apalagi kalau kita, warga negara indonesia, bahasa pertamanya malah bukan bahasa indonesia. Lagipula bagaimana caranya kita mengenalkan bahasa indonesia jika kita tidak bangga pada bahasa tersebut?

Nanti ada yang komen, 'Ah, Aisha ngomongnya juga campur-campur, bahasa indonesianya belum bener.' Iya, aku nulis suka campur-campur. Aku tegaskan, gak ada salahnya belajar bahasa asing. Apalagi beberapa bahasa memang penting di real life. Tapi bukan berarti kita meninggalkan bahasa indonesia. Dalam perjalanan hidup kita boleh pergi ke luar rumah, tapi ingatlah selalu rumah kita dalam perjalanan, dan kemudian selalu kembali ke rumah.

Gakpapa kok belajar bahasa asing, bagus malah. Tapi kalau kita belajar bahasa asing karena merasa bahasa indonesia kita kampungan, gak dapat dibanggakan, itu yang salah.

Ingat bahwa dulu pahlawan-pahlawan nasional berusaha untuk memperjuangkan bahasa indonesia, sampai mengorbankan nyawa. Bahkan dalam sumpah pemuda sampai ditulis bahwa bahasa persatuan kita itu, ya, bahasa indonesia. Tapi kita sebagai penerus bangsa malah melupakan fakta ini begitu saja.

Kalau kita terus melupakan bahasa indonesia, terus merasa malu dan tidak bangga, lama kelamaan bahasa kita ini akan menghilang. Iya, bahasa indonesia bisa punah. Mungkin suatu hari nanti anak cucu kita gak akan ngerti apa maksud dari tulisan ini.

Bahasa indonesia adalah identitas kita, bahasa persatuan yang seharusnya dijunjung tinggi. Kalau mau membawa bahasa indonesia ke kancah internasional, maka jangan setengah-setengah. Kalau kita berjuang, kalau kita bangga, Insha Allah bahasa indonesia akan menjadi bahasa internasional yang selanjutnya.

Tapi aku mau mengingatkan bahwa kita semua punya hak untuk memilih. Kalau mau jadi native english speaker ya silakan, kalau mau berhenti memperjuangkan bahasa indonesia ya silakan, itu hak dengan resiko yang dimiliki masing-masing.

Tapi kalau kita berhenti mengingatkan, berhenti berjuang, berhenti merasa bangga, suatu hari nanti bahasa persatuan kita akan hilang. Itu bisa berarti Indonesia kita akan terpecah belah karena kita udah gak ngerti lagi satu sama lain.

Kalau bahasa indonesia punah, maka siapakah kita?

Love,
Aisha. 

You Might Also Like

6 comment[s]

  1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Blogger Savira Su berkata...
      Setuju, Sha! >.< Fyi, sekarang daku sedang mencoba belajar bahasa asing lebih serius lagi, terutama bahasa Inggris. Rasanya emang perlu untuk masa sekarang apalagi untuk blogging nanti, hehe. Takutnya ketinggalan sama blogger cilik macam dirimu, Sha. X"D

      Kalau bahasa Indonesia.. alhamdulillah sejak SD (dan suka baca komik Jepang) emang udah terbiasa dengan penulisan yang benar jadi daku pun sensitif kalau ada kesalahan tanda baca (sampai sekarang, malah -> ini bener, gak, sih? X'D)

      Dan lagi, kalau di Wattpad daku paling gak suka baca FF macam novel (banyak bab gitu) yang make (memakai, duh) kata ganti gue-lu atau gua-lo atau semacam itu lah, wkwk. Udah tokohnya asing (FF kan gitu ya) tapi kalau kata-kata kelewat gaul lagi bebas gitu gak nyaman walau latarnya di Indonesia sekalipun (with space or not?). Sedangkan untuk FF daily life gitu atau yang macam grup chat gitu boleh lah bahasa non-baku.

      Tapi tetap aja daku khawatir jika suatu hari bahasa "baku" Indonesia punah. ><" Padahal, tbh daku suka bahasa baku Indonesia walau yeah kadang terasa seperti bahasa Indonesia terjemahan. :")

      Btw, yang "Tapi dalam prakteknya, kita akan lebih nyaman menggunakan bahasa asing." itu salah atau gimana? /bingung/ #HariSudahMalam :")

      Hapus
    2. Enggak kalah kok hahaha xD

      Kalau ngomongin wattpad, yang namanya penulis suka-suka ya. Kadang aku suka baca FF receh gitu, lucu soalnya haha. Tapi ya kalau genre-nya yang lebih serius terus EYD-nya kurang (banget ya, kayak penggunaan titik koma aja gak ada gitu) terus bahasanya kelewat gaul, emang gak enak sih. Tapi kadang ada kok buku yang genre-nya thriller/mistery terus pake bahasa gaul dan masih enak (kayak bukunya Lexie Xu).

      Dan menurut aku bahasa baku itu keren, soalnya kalo dibandingin bahasa-bahasa lain, bahasa indonesia tuh yang paling indah kedengarannya hehe.

      Kalo soal yang "Tapi dalam prakteknya, kita akan lebih nyaman menggunakan bahasa asing.", menurut aku itu tergantung. Kita boleh nyaman bicara bahasa asing, tapi tetap harus 'lebih nyaman' ngomong pakai bahasa indonesia dong :)

      Hapus
    3. Ho oh, kak. Bahasa Indonesia itu keren ><. Kosakatanya banyak banget. Jadi, indah gitu kata-katanya. //iya, gak, sih?

      Hapus
  2. Iya. Semoga kelak Bahasa Indonesia menjadi bahasa internasional. Amiin...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin...
      Yuk, kita berusaha dan berdoa supaya bahasa kita jadi bahasa internasional!

      Hapus