My Thoughts About Millennials

Agustus 02, 2018

sc: pinterest.com
"Coba sesekali lihatlah ke genangan air. Wajahmu di sana, dia jujur. Tak pernah sekalipun ia berbohong ataupun malu akan dirinya sendiri."

I'm that type of girl who thought that I was lucky being born in the '00s. I was born when technology started to come alive and I grew up with it, I can enjoy it longer than some people. Even if they said that millennials is not as good as people in another generation, I still feel like we should be proud and grateful.

Kalau kita lihat postingan-postingan tentang '00s, pasti isinya tentang orang-orang yang bangga lahir tahun 90-an dengan alasan masih bisa merasakan main monopoli atau congklak atau kejar-kejaran, dan lain-lain. Kemudian kita pasti bertemu dengan stereotype anak-anak millennials itu generasi yang kurang baca, taunya gadget, gak punya masa kecil.

Waktu aku kecil, aku ingat punya saudara yang tinggal serumah denganku. Usianya sama sepertiku dan sekarang dia udah pindah, tapi hubungan kami sangat dekat. Aku ini takut gelap dan dulu rumahku sering sekali mati lampu, soalnya listriknya suka gak kuat. Setiap kali mati lampu, aku, adikku, dan saudaraku langsung nyalain senter atau lampu emergency, kemudian kita main.

Bukan, bukan main gadget.

Kita main permainan yang bernama 'Donal Bebek' (ada yang inget?) dan lucunya, saat itu yang jaga bukan salah satu di antara kita, tapi benda. Asal taro aja kotak-kotak kosong, boneka barbie atau apapun di tengah kemudian kita mulai nyanyiin lagunya dan ngiterin, ngitung sampai sepuluh terus jadi batu. Abis itu salah satu di antara kita nunjuk benda lain dan benda itu yang jaga selanjutnya.

It's kinda ridiculous and I'm a little bit ashamed of it, tbh.

Waktu aku SD, sering banget jam pelajaran olahraga free class. Aku dan temen-temen biasanya langsung ngumpul di lapangan, kebetulan lapangannya dua: lapangan aspal sama rumput. Kita nyabut-nyabutin rumput, mainin tanah, dijadiin masak-masakan.

Belum sebulan yang lalu, aku nginep di rumah saudaraku bareng adikku. Kita main monopoli dan uno bareng-bareng, sekaligus main sepeda setiap sore.

Jadi siapa yang bilang millennials gak punya masa kecil?

Banyak orang yang bilang kalau yang gak punya 'masa kecil indah' itu anak-anak yang lahir tahun 2004 ke bawah. Adikku lahir tahun 2004 dan masa kecilnya hampir sama kayak aku. Adik saudaraku lahir tahun 2009 dan dia masih main permainan yang sama denganku.

Perkembangan zaman itu gak pernah bisa dihindari dan teknologi yang terus menerus berkembang sebenarnya gak salah apa-apa. Kadang orang-orang suka menunjuk anak-anak millennials yang lebih suka main gadget, yang udah pinter main komputer di usia sangat belia. Well, ayahku seorang programmer. I grew up with technologies and computer, I can't avoid. Malah ibu dan ayah encourage untuk mempelajari itu.

Kenapa? Karena mereka penting.

Gak salah kalau adik-adik kita diberikan gadget di usia belia. Gak salah kalau adik-adik kita dikenalkan pada teknologi di usia muda. Mereka kan harus mengikuti perkembangan zaman, kalau gak begitu nanti jadinya ketinggalan zaman dong?

Dan jangan bilang anak-anak yang sekarang udah pinter main tablet, bahasa inggris, dan lain-lain gak punya masa kecil indah. Mereka bisa main permainan yang sama dengan anak-anak yang lahir tahun 90-an. Mereka bisa main sepeda, main bola dan pulang malem seperti anak-anak dulu.

Gak ada bedanya, cuma beda nama generasi doang.

Well of course, yang namanya pemberian teknologi terutama pada anak-anak berusia muda harus diawasi. Menurutku kan sah-sah aja, asal penggunaannya dibatasi. Misal, dari jam 10-12. Habis itu anak-anak disuruh main lagi, boleh main bola di luar atau sekadar main congklak bareng kakaknya.

Menurutku pandangan orang-orang pada millennials itu salah. Yah, gak semua sih. Tapi ada juga yang patut dibesarkan. Ada yang bilang bahwa zaman sekarang teknologi sudah bagus, apa-apa tinggal tanya mbah gugel, komunikasi sama orang luar bisa dilakukan dalam hitungan detik. Kemudian kita dibilang gak mau susah, gak mau ribet, gak mau berusaha.

Coba kalian cek masyarakat muda yang sudah meraih prestasi, seperti penulis KKPK, pemenan OSN, programmer muda. Mereka juga lahir tahun 2000, mereka juga lahir ketika mbah gugel semangat banget jawab pertayaan kita, and you still thought they didn't put any effort?

Mereka juga belajar, juga berusaha. Kalau anak-anak millennials gak mau susah, gak mungkin ada SMA atau SMP favorit di Indonesia. Gak mungkin peraih NEM tertinggi se Jakarta dengan nilai rata-rata 9. Kalau anak-anak millennials gak mau ribet, gak mungkin aku nyempetin buat nulis di sini.

Kita juga punya suara dan kebanyakan masih perlu dibenarkan. Alasan kenapa banyak orang yang menunjuk kesalahan kita adalah karena kita kadang bisa jadi terlalu vokal, terlalu berani, terlalu ceroboh untuk menyampaikan pendapat. Karena kita hidup di zaman gampang, kita merasa semuanya mudah.

That's a mistake but we should not avoid a mistake. We should grow and fix it.

Janganlah kita menjadi orang yang hanya melihat di satu sisi. Menurutku generasi 90-an itu keren, they have good attitude, good fashion, and many iconics things came from that gen. But it will not last forever. Suatu saat, millennials akan dewasa. Akankah kita mengkritik generasi di bawah kita seperti kita dikritik generasi di atas kita?

Mengingatkan boleh, sangat dianjurkan. Tapi kenapa harus menunjuk kesalahan dengan cara kasar, kenapa harus menuduh? Gak seharusnya kita membagi-bagi manusia dengan label 'generasi A' atau 'generasi B.' Seharusnya malah salah mendukung, saling berbagi cerita, saling mendengarkan, saling menghargai.

Menurutku persepsi-persepsi mainstream tentang millennials akan agak susah dihilangkan. Toh itu sudah melekat pada pikiran masyarakat. Tapi kenapa gak mencoba untuk melihat lebih dalam? Suatu hari nanti, aku juga akan berusia 20 tahun. Sebenarnya kita akan berada di 'level' yang sama.

So with that, mulailah kita semua saling menghargai. Bukan karena itu sesuatu yang pantas, tapi karena kita ini manusia. Generasi 70-an, 80-an, 90-an, millennials, dan seterusnya. Seharusnya kita mengikat tali lebih erat. Kalau mau millennials memperbaiki sikapnya, maka bimbinglah kami karena kalian yang lebih tau.

Jadi kita gak perlu malu. Gak perlu bilang 'pingin deh lahir di tahun 90-an', 'pingin deh jadi anak 90-an', 'gak suka deh sama millennials lainnya.' Bayangan kita tak pernah akan rupa dan identitasnya, mengapa kita harus malu?

80s, 90s, 00s, each of us are very unique.
So why would you be ashamed of your uniqueness?

Love,
Aisha.

You Might Also Like

2 comment[s]

  1. Aisah aku selalu suka artikel kamu sumpah :' ini tuh menggambarkan sakit hati aku selama ini gitu nah haha. Terlalu banyak yang menyalahkan generasiku-kamu-kita 'millennials' Kita lahir di zaman teknologi maju, jadi pls jangan salahin kita kalau dikit2 gadget. Mungkin emang bener kalo waktu main ku di luar ga sama kyk generasi sebelumnya, but still aku pernah main congklak, tali, rujak, sepedaan, kartu, dan hal lainnya. Haha sedih sih ngeliat generasi sebelumnya ngejelek-jelekin generasi kita ini, dan membangga2kan generasi mereka

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah, kalau kamu suka :) Makasih banyak yaaa

      Intinya kita boleh membangga-banggakan generasi kita sendiri, tapi ingat kalau masing-masing hal di dunia ini punya keunikan masing-masing termasuk generasi lain ^^

      Hapus