Tugas Sejarah: Masa Awal Kedatangan Jepang

Januari 15, 2020


Pada masa Perang Dunia II, penjajahan yang dialami oleh Indonesia bukan saja mengalami perubahan, namun juga bertambah parah. Pada tahun 1942, tentara-tentara Jepang berhasil mengusir pemerintah Belanda yang sudah beratus-ratus tahun menduduki Hindia Belanda. Kedatangan Jepang yang disambut baik pada awalnya berubah menjadi petaka ketika bangsa Indonesia menyadari bahwa pemerintahan Jepang malah semakin menyiksa rakyat.

Meski hanya menjajah selama 3 tahun, Jepang telah menimbulkan luka dan kerusakan yang besar pada sejarah Indonesia.



MASA AWAL KEDATANGAN JEPANG


·     7 Desember 1941
Terjadi peperangan yang besar di Lautan Pasifik atau lebih tepatnya di Pelabuhan Pearl Harbour yang melibatkan Amerika dengan Jepang. Hal ini pun menarik perhatian banyak orang karena Jepang secara tidak langsung mengubah image Asia. Dalam pertempuran tersebut, Jepang pun mendapatkan hasil berupa rusaknya 21 kapal armada AS dan menewaskan 2.403 tentara AS, dan 1.178 orang mengalami luka-luka. Pihak sekutu (Amerika, Inggris, dan Belanda) menyadari bahwa mereka dalam bahaya karena Jepang dapat menyerang mereka kapan saja.

·     8 Desember 1941
Merasakan bahaya dari Jepang, lima jam setelah penyerangan di Pearl Harbour, kongres AS dan Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Jhr. Mr. A. W. L. Tjarda van Starkenborgh Stachouwer menyatakan perang terhadap Jepang.

·     Bulan Desember sampai awal tahun 1942
Sejak saat itu, pemerintah Hindia Belanda meminta bantuan Raja Yogjakarta dan Surakarta yang memiliki hubungan erat dengan Belanda.

·     11 Januari 1942
Tentara Jepang Right Wing Unit dan pasukan Angkatan Laut Kure yang berjumlah 20.000 tiba di Tarakan, Kalimantan Timur. Belanda pun bertempur dengan Jepang guna mempertahankan daerah kekuasaannya. Belanda berusaha bertahan dengan 1.300 serdadu Batalion VII Koninklijk Nederansch Indisch Leger (KNIL).

·     12 Januari 1942
Jepang menguasai Tarakan, Kalimantan Timur.

·     24 Januari 1942
Jepang menguasai Balikpapan yang merupakan sumber minyak.

·     29 Januari 1942
Pontianak dikuasai oleh Jepang.

·     3 Februari 1942
Jepang merebut Samarinda dari Belanda.


·     10 Februari 1942
Jepang merebut lapangan terbang Samarinda II yang membuat Banjarmasin dikuasai Jepang dengan mudah.

·     14 Februari 1942
Jepang tiba di Sumatra untuk pertama kalinya di Palembang.

·     16 Februari 1942
Jepang menguasai Palembang dan sekitarnya dengan mengambil simpati kelompok islam anti Belanda.

·     Tiga minggu kemudian
Jepang mendarat di Jawa disambut dengan meriah oleh masyarakat di daerah Jawa. Jepang pun membujuk pemimpin-pemimpin umat, khususnya islam, dengan menyebut dirinya sebagai “Saudara Tua” rakyat Indonesia. Dengan jatuhnya kekuasaan Hindia Belanda di daerah Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku membuat Batavia mudah dikuasai oleh Jepang. Pasukan tentara Jepang pun menyebar luas di Jawa yang dipimpin oleh Letnan Jenderal Hitoshi Imamura. Belanda pun semakin terdesak.

·     1 Maret 1942
Tentara ke-16 Jepang berhasil mendarat di tiga tempat, yaitu di Teluk Banten, Eretan Wetan (Jawa Barat), dan Kragan (Jawa Tengah). Pertarungan Laut Jawa terjadi yang dipimpin oleh Laksamana Karel Doorman.

·     1 Maret 1942
Jepang mendarat dan menyerang kota Bandung yang dipimpin oleh Kolonel Toshinori dengan pasukan 5.000 orang di sebelah barat Cirebon. Pada hari itu juga, Jepang merebut Subang dan lapangan terbang Kalijati.

·     5 Maret 1942
Batavia jatuh ke tangan Jepang.

·     6 Maret 1942
Panglima KNIL, Letnan Jenderal Ter Poorten kepada panglima di Jawa Barat, Mayor Jenderal J.J. Pesman untuk tidak melakukan penyerangan.

·     7 Maret 1942
Jepang mendudukan KNIL di Lembang. Pasukan Belanda di sekitar Bandung menyerahkan diri.

·     8 Maret 1942
Dilakukan perundingan antara pihak Belanda yang diwakili oleh Letnan Jenderal Ter Poorten dan pihak Jepang yang diwakili oleh Jenderal Hitoshi Imamura, beserta Gubernur Jenderal A. W. L. Tjarda van Starkenborgh Stachouwer. Hasilnya adalah tercapailah ‘Kapitulasi Kalijati’ yang menandakan bahwa kekuasaan Belanda di Indonesia sudah berakhir dan digantikan oleh pihak Jepang.

·     9 Maret 1942
Jepang menguasai Indonesia.



Faktor-Faktor yang Menyebabkan Jepang Melakukan Kolonialisme dan Imperialisme di Indonesia
 
Menurut KBBI, kolonialisme adalah paham tentang penguasaan oleh suatu negara atas daerah atau bangsa lain dengan maksud untuk memperluas negara itu, sementara imperialisme adalah sistem politik yang bertujuan menjajah negara lain untuk mendapatkan kekuasaan dan keuntungan yang lebih besar.

Pada tahun 1942, Jepang datang ke Indonesia dengan maksud untuk menjajah Indonesia. Jepang pun melakukan segala hal yang menarik perhatian masyarakat Indonesa agar dapat diajak bekerja sama dengan Indonesia. Masyarakat Indonesia awalnya sangat senang dengan kedatangan Jepang di Indonesia dengan berharap Jepang akan membantu Indonesia agar menjadi Negara yang merdeka, namun lama-kelamaan sisi asli Jepang terlihat yang justru membuat Indonesia menjadi lebih buruk daripada sebelumnya.

Ada beberapa faktor yang menyebabkan hal-hal tersebut terjadi di antaranya sebagai berikut.
1.       Adanya pertambahan penduduk yang cepat
Jepang menanggung jumlah penduduk yang sangat besar di negara yang relatif sempit sehingga rakyat Jepang harus melakukan emigrasi, yaitu perpindahan dari tanah air sendiri ke negeri lain untuk tinggal menetap di sana. Maka dari itu, dengan menjajah negara lain membuat Jepang mempunyai lahan untuk menenmpatkan sebagian rakyatnya.
2.       Jepang kekurangan sumber daya alam
Indonesia dikenal sebagai wilayah yang luas serta memiliki sumber daya alam yang melimpah, yang menyebabkan banyak Negara tergoda dengan kekayaan yang dimiliki Indonesia. Dengan menjajah Indonesia, Jepang dapat menggunakan kekayaan alam Indonesia dengan semena-mena yang justru menimbulkan kerugian untuk masyarakat Indonesia.
3.       Adanya pembatasan emigrasi bangsa Jepang
Jepang memulai emigrasi sejak tahun 1868 dengan mengirimkan sebagian dari masyarakatnya ke luar negeri, namun Jepang memberhentikan emigrasi karena ketegangan Jepang dengan negara-negara barat. Pada saat ini, negara-negara barat menutup pintu emigrasi untuk bangsa Jepang. Hal ini disebabkan karena bangsa Eropa takut bahwa kekuatan Jepang dapat mengambil kedudukan mereka sejak Jepang menang dari Rusia pada tahun 1905. Karena sebab itu lah, Jepang menjajah negara lain demi masyarakatnya.
4.       Ingin menjadi negara yang sejajar dengan negara-negara besar
Jepang tidak ingin kalah dengan negara-negara di Eropa dan Amerika yang sudah sangat maju. Maka dari itu, Jepang memiliki pemikiran bahwa mereka cukup kuat atau bahkan sangat kuat untuk menjadi seperti mereka. Maka dari itu, mereka mulai mengikuti jejak bangsa barat yang menjajah daerah Asia.

 

Kehidupan Sosial, Politik, Ekonomi, dan Budaya pada Masa Penjajahan Jepang

1. Kehidupan Sosial

Salah satu kebijakan sosial yang pernah Jepang cetuskan bagi bangsa Indonesia adalah pembentukan Romusha. Istilah "romusha" dalam bahasa Jepang berarti buruh/pekerja. Pada dasarnya, romusha adalah sistem kerja paling keji yang bangsa Indonesia pernah alami. Romusha diwajibkan bagi para petani sejak Oktober 1943. Para pekerja ini kebanyakan terdiri dari petani, sebagian kecil perempuan, dengan kisaran usia 16-60 tahun.

Selain di Indonesia, romusha juga dikirim ke berbagai negara di Asia Tenggara, seperti Vietnam, Burma, Thailand dan Malaysia. Salah satu hasil pekerjaan ini adalah jalur kereta api Saketi-Bayah yang kini sudah ditutup.

cr: blog.ruangguru.com

Selain itu, Jepang juga membentuk Jugun Ianfu. Jugun Ianfu merupakan panggilan bagi perempuan-perempuan korban perbudakan seks yang dibentuk untuk memuaskan hasrat seksual tentara Jepang. Praktek Jugun Ianfu ini tidak hanya terjadi di Indonesia, tapi juga di negara-negara lain yang pada saat itu diduduki oleh Jepang, seperti Korea dan Cina.

Para wanita yang menjadi korban Jugun Ianfu ada yang diculik atau dipaksa, ada juga yang ditipu dengan diiming-imingin menjadi buruk pabrik atau perawat.

Kebijakan lainnya adalah pembentukkan Torinagami atau yang sekarang dikenal sebagai RT. Dalam satu RT terdapat kira-kira 10-12 kepala keluarga. Tujuan dibuatnya RT ini adalah untuk memudahkan pengawasan dan memudahkan mengorganisir kewajiban rakyat.

2. Kehidupan Politik

Salah satu perbedaan yang signifikan antara pemerintah Belanda dan tentara Jepang adalah pendekatan politik mereka terhadap bangsa Indonesia. Pemerintah Belanda sangat menutup diri dari kaum nasionalis dan selalu mencurigai mereka, sementara Jepang kebalikannya, mereka mau bekerja sama dengan kaum nasionalis karena dianggap kaum ini memiliki pengaruh besar terhadap rakyat.

Jepang banyak melakukan cara-cara yang halus demi menarik perhatian bangsa Indonesia. Pada saat itu, Wakil Kepala Staf Tentara ke-16, Harada Yosyikazu, bertemu dengan Hatta dan menyatakan bahwa Jepang bukannya ingin menjajah Indonesia, melainkan ingin membebaskan Asia. Meski Hatta setuju untuk bekerja sama dengan Jepang, beberapa tokoh nasionalis Indonesia ternyata menentang, seperti Sjahrir dan Dr. Cipto Mangunkusumo.

Pada masa penjajahannya, Jepang banyak melakukan hal-hal dengan tujuan menggaet simpati bangsa Indonesia. Hal ini terkait dengan posisi mereka pada Perang Dunia II di mana mereka butuh sumber daya alam dan manusia untuk membiayai perang. Contoh dari perilaku ini adalah timbulnya Gerakan 3A.

Gerakan 3A adalah propaganda kekaisaran Jepang pada masa Perang Dunia II. Isi propaganda ini adalah:
  • Nippon pemimpin Asia.
  • Nippon pelindung Asia.
  • Nippon cahaya Asia.
Gerakan 3A didirikan pada 29 Maret 1942 dan dipelopori oleh Hitoshi Shimizu. Gerakan ini pertama kali melakukan kegiatan di Surabaya. Meskipun begitu, rakyat segera menyadari bahwa Gerakan 3A dibuat untuk kepentingan Jepang dan bukan bangsa Indonesia, hingga turunlah pamor gerakan ini dan akhirnya dibubarkan pada 1943. Gerakan ini lalu diganti menjadi Putera.

Kebijakan politik Jepang lainnya adalah dengan menutup segala bentuk demokrasi. Beberapa undang-undang yang dibuat Jepang pada masa penjajahannya:
  • UU No. 2 Tgl. 8 Maret 1942 tentang larangan kepada orang Indonesia untuk berkumpul.
  • UU No. 3 Tgl. 10 Mei 1942 tentang larangan kepada orang Indonesia untuk memperbincangkan pergerakan atau propaganda perihal peraturan dan susunan negara.
  • UU Tgl. 22 Juli 1942 tentang larangan pendirian organisasi yang bersifat politik.

3. Kehidupan Ekonomi

Sistem ekonomi yang diterapkan pada masa ini adalah sistem ekonomi perang. Pada saat itu Jepang berfokus pada pengumpulan sumber daya alam demi menguasai Perang Asia Timur Raya.  Jepang menyita perkebunan, hasil usaha, dan bank. Karena sumber daya alam dialihkan kepada kebutuhan perang, banyak warga yang mengalami kelaparan akibat penurunan produksi pangan.

Jepang menerepkan sistem ekonomi bernama Sistem Autarki, yaitu sistem yang mewajibkan tiap daerah untuk memenuhi kebutuhan daerahnya sendiri. Maka dari itu, tugas dan kekayaan rakyat dikorbankan untuk kebutuhan perang. Wilayah-wilayah ekonomi atau wilayah yang mampu memenuhi kebutuhannya sendiri dinamai Lingkungan Kemakmuran Bersama Asia Timur Raya.

Pada tahun 1944, Jepang melakukan kampanye penyerahan bahan pangan besar-besaran dengan bantuan Jawa Hokokai dan Nagyo Kumiai (koperasi pertanian). Alasan dibalik hal ini adalah kondisi Jepang yang terdesak oleh lawan. Rakyat diwajibkan untuk menyerahkan kekayaannya 30% untuk pemerintah 30% untuk lumbung dan 40% untuk pemiliknya.

Selain itu, Jepang juga berusaha untuk memperhatankan nilai gulden.  Hal ini dilakukan agar harga barang-barang dapat dipertahankan sebelum perang.

4. Kehidupan Budaya

Pemerintah Jepang sangat anti dengan Bahasa Belanda sehingga penggunaannya dilarang pada masanya di Indonesia. Orang-orang Indonesia diperbolehkan untuk menggunakan Bahasa Indonesia. Selain itu, berbeda dengan pemerintah Belanda, Jepang membuat sistem pendidikan yang non-diskriminatif, tanpa memandang kelas warganya.

cr: kumparan.com

Sayangnya, sistem pendidikan ini didorong atas kebutuhan perang. Murid-murid difokuskan kepada latihan militer. Siswa juga diharuskan untuk menghapal lagu kebangsaan Jepang dan bahasa pengantar pendidikan pada saat itu adalah Bahasa Jepang dan Bahasa Indonesia.

Jepang yang sarat akan budaya menerapkan kebudayaan mereka di Indonesia. Pada saat itu, orang-orang Indonesia disuruh untuk memberi hormat kepada matahari terbit yang merupakan ciri khas agama Shinto. Praktek ini disebut seikerei. 

Pada masa penjajahan Jepang, seniman pers tidak sebebas sekarang, sehubungan dengan dicetuskannya undang-undang pada saat itu. Pada saat itu, Jepang mendirikan Keimin Bunka Shidoso atau Pusat Kebudayaan. Organisasi ini dibentuk untuk menampung sekaligus mengawasi para seniman Indonesia. Organisasi ini bergerak dalam 5 bidang: kesustraan, lukisan, musik, sandiwara, dan film.

Beberapa kebijakan yang dibentuk oleh Keimin Bunka Shidoso:
  • Melakukan upaya pengenalan musik bende Jepang.
  • Menggencarkan pemaparan sandiwara.
  • Mengintensifikasikan penayangan film propaganda.

Sumber:
https://blog.ruangguru.com/asal-mula-penjajahan-indonesia-oleh-jepang
http://digilib.uinsby.ac.id/10379/9/bab2.pdf

http://oktashaer.blogspot.com/2017/05/faktor-faktor-jepang-menjadi-negara.html
http://sejarahkucinta.blogspot.com/2015/02/masa-pendudukan-jepang.html
https://blog.ruangguru.com/kehidupan-bangsa-indonesia-masa-pendudukan-jepang
https://tirto.id/jugun-ianfu-budak-wanita-di-masa-penjajahan-jepang-cgZz
https://kumparan.com/potongan-nostalgia/keimin-bunka-shidoso-organisai-kebudayaan-jepang

Ditulis dan dikutip oleh: Aisha Z., Mabellita Sausan Humairah.

You Might Also Like

5 comment[s]